(Kuliner Besar, Edisi Bubur Manado dan Sambel Dabu-dabu Roa)
Ehem-ehem..
Terus, dua temenku itu balik lagi ke kost. Rupanya, mereka juga belum puas, hehe. Awalnya agak khawatir nggak cukup. Tapi, bismillaah, semoga bisa. Nah, pada saat mau bikin yang kedua ini, temenku satu lagi (temen sekelas yang pernah di Ma'had juga, Dwi namanya) dateng. Pas banget dia datengnya, pas aku lagi kepikiran ntar gimana nganter makanan ke Dwi dan kawan-kawan, hehe ternyata dia dateng sendiri, alhamdulillaah.
Nah, di sini, yang kedua, agak berbeda sobat. Dua temenku (Hanik dan Fitri) minta dibikinkan dabu-dabu yang mateng, soalnya kalo si Fitri ini agak "asing" merasakan sambel dabu-dabu yang mentah, hehe, sedangkan Dwi nggak begitu suka pedes, jadi ya pas, karena biasanya dabu-dabu mateng itu nggak pedes, sobat. Langkah-langkah bikin bubur manado yang kedua si sama aja dengan yang pertama. Tapi, aku tambahin beras lagi setengah cup, jadi airnya delapan cangkir. Kalo dabu-dabu roa yang matengnya begini nih:
Setelah kita semua kenyang, udah pada sholat sebelum makan, maka aku yang sholat setelah selesai bungkusin. Sebenernya, mereka bertiga mau pada pulang, tapi tetiba kilat menyambar-nyambar (keliatan banget karena kamarku di lantai tiga), lalu hujan pun langsung turun dengan deras seperti disertai badai, alias angin kencang. Mereka akhirnya belum jadi pulang. Pintu kamar yang sempit ini harus ditutup supaya air nggak pada masuk. Untung aja, lantai kamar sudah bersih selesai di pel. Nah, setelah aku sholat, nyambi nungguh hujan deras reda, kami selfie dulu sebagai kenang-kenangan bahwa mereka bertiga terjebak dalam kamar kost kecil ini karena hujan badai :D, tapi tetep senyum kok, happy malah, hehe.
Ehem-ehem..
Hari Sabtu, hari di mana aku tidak punya jadwal puasa, dan temen kamarku dulu di Ma'had juga mau dateng. Ceritanya juga, aku lagi jenuh dan suntuk dengan tugas-tugas yang membeludak, juga karena lagi kangen suasana makan di rumah, dan emang pengen masak besar serta berbagi kekenyangan ^_^, akhirnya, dari hari Rabu udah ngerencanain bakal bikin bubur Manado spesial, makanannya orang sulawesi dan dabu-dabu roa. Aslinya sih, mau ada tambahan Jamur Crispy, tapi berhubung di pasar nggak ketemu, jadi dibatalkan jamurnya ^_^
Nah, simak yuk kisahnya.
Pagi hari, Sabtu (29 November 2014), aku bergegas mencatat seluruh bahan yang dibutuhkan untuk membuat bubur Manado. Awalnya sih, hanya mencoba mengingat apa yang telah ku lihat dulu ketika masak bubur Manado di rumah. Tapi, ngerasa enggan pake ceker karena aku agak gimana gitu sama ceker ayam, hehe. Malam harinya juga aku udah coba-coba liat youtube biar nggak gagal, dan emang beda resepnya sama resep keluarga. Akhirnya, aku tetap memutuskan untuk nelpon Umi subuh-subuh untuk memastikan bahan-bahannya. Dan, karena Umi-lah akhirnya aku "tega" buat masak pake ceker. Terus, langsung dah cap cus ke Pasar, dengan catatan belanja ini:
dua batang serai dan enam lembar daun salam
(belinya seribu dapet 3 batang serai sama setangkai daun salam, hehe, isinya 9 lembar)
enam ceker ayam
(sebenernya Umi nggak nentuin berapa buah cekernya, hanya disuruh beli duaribu, tapi karena BBM naik, bisanya beli tigaribu, dapet enam deh, hehe)
Daun Bayam
(Umi bilang, disuruh beli duaribu aja, tapi lagi-lagi karena BBM naik, bisanya beli tigaribu, aslinya malah empatribu, tapi karena kebanyakan jadi beli tigaribu aja ^_^)
Labu Kuning/Labu Parang
(berharap si bisa beli segini, tapi penjualnya gamau, jadi potongannya ada dua kalinya ini. Umi bilang padahal sedikit aja, tapi apa daya, bolehnya beli dua kalinya ini, harganya tigaribu)
Jagung Manis
(harganya duaribu satu buah, inisiatif aja pake jagung, kalo kata Umi di telepon, kalo sudah ada labu nggak usah pake jagung, hehe tapi supaya tambah enak, aku tambahin deh.)
Jadi, total beli itu semua subuh-subuh di pasar, sekitar empatbelas ribu rupiah. O iya, hari sebelumnya (Jumat, 28 November 2014), aku juga udah ke pasar duluan, tapi untuk beli pembungkus makanan ini nih:
sepuluh kotak makan Styrofoam dan kertas nasi seribu rupiah
(Harga styrofoamnya sih limaratus satunya, aku beli sepuluh jadi limaribu, dan rencana emang pengen bagiin ke sepuluh orang aja, hehe)
Juga sekalian sama beli bahan-bahan Dabu-dabu Roanya. Ini dia yang aku beli:
Tomat
(cukup beli seperempat aja, dapet lima buah, harganya 2500)
Rawit Setan dan Rawit Hijau
(Aku nggak kuat beli seperempat, 17000 harganya, hhe. Jadi, beli empatribu aja, dapetnya dikit sih)
Ikan Roa Kering
(Kalo beli satu ons harganya 7500, dan aku ngerasa kebanyakan, jadi penjual itu baik hati mengizinkanku beli cuma setengah ons, empatribu harganya)
Total bahan-bahan itu, menghabiskan sekitar sepuluhribu limaratus. Jadi, kalau ditotal, masak kuliner ini sekitar duapuluh empatribu limaratus rupiah (Rp. 24.500,00). Nggak terlalu mahal kan? ^_^
Tapi ditambahin kerupuk yang udah jadi dua bungkus enamribu harganya. Jadi total Rp. 30.500,00. Aku nggak pake angkutan ke pasarnya, bolak-balik bisa ngabisin biaya empat ribu, kalo dua kali pergi begini bisa jadi delapanribu, mending jalan kaki; hemat, sehat pula! :D
Nah, habis belanja, balik ke kamar, langsung metik sayur bayam, motong-motong labu, nyisir jagung, bersihin cekernya (kukunya sih udah dipotongin sama penjualnya, tapi ada yang belum terpotong. Gara-gara ini nih jadi nggak jijik lagi sama ceker, hehe).
Sebenernya juga masaknya mau nunggu dua temenku itu, tapi rasanya kelamaan, hhe, jadi eksperimen dulu. Istilahnya mah, ronde pertama, hehe. Jadi dari jam setengah tujuh, udah bersihin semua bahan, tinggal ke dapur, bolak-balik, dan ngolah itu bahan-bahan jadi bubur Manado dan dabu-dabu roa. Jadi, ini step-stepnya (ronde pertama):
- Beras (1 cangkir gelas minum) yang udah dicuci dimasukin ke panci, terus tuang air sebanyak enam cangkir, nyalakan kompor (pancinya di atas kompor lho ya). Kemudian, tunggu aja sampai airnya mendidih.
- Nah baru masukkan satu batang serai yang digeprek, tiga lembar daun salam, dan cekernya tiga buah. Tunggu aja sampai mendidih lagi, tapi sesekali diaduk, sampe cekernya berubah menjadi daging.
- Kemudian, saat berasnya sudah seperti nasi, baru masukkan potongan labu kuning dan jagung yang sudah disisir. Aduk-aduk aja terus, sampe mengental, jangan ditinggal, karena ntar bisa gosong bubur yang dibawahnya.
- Pastikan labunya sudah layu sekali, biar warna kuningnya bagus (ini kesalahan saya nggak sabar, labunya nggak sampe lembek sekali), baru masukkan daun bayam, aduk-aduk lagi sampai layu.
- Terakhir, masukkan garam secukupnya, terus kalo mau bisa ditambahin Royco/Masako/Sasa yang sejenis lah. Nah kalo dirasa tampilannya sudah cukup bagus, baru diangkat.
Untuk dabu-dabunya, (ronde pertama juga), begini stepnya:
- Potong Tomat (tiga buah) berbentuk dadu, kecil-kecil biar pas di mulut.
- Iris bawang merah, dua buah aja. Iris tipis.
- Potong rawit setan dan rawit hijaunya kecil-kecil, terus dihaluskan pake ulekan, jangan lupa beri garam.
- Sediakan piring, masukan irisan tomat ke dalamnya, lebarkan, jangan menggunung. Terus irisan bawang merahnya, baru terakhir ulekan rawitnya.
- Panaskan minyak. Kalo udah panas, tuang ke atasnya, lalu cepat diaduk supaya merata ^_^
Aku sih nggak ngerasa rugi menyebarkan resep keluargaku ini, yang beda dari bubur Manado lain. Soalnya, meskipun resepnya sama, rasa pasti berbeda-beda. Cara pengolahan, insting, perasaan hati, itu yang membuat masakan akan berebeda rasanya meski memakai satu resep yang sama, hehe. Nah, begini lho jadinya bubur Manado yang pertama, beserta dabu-dabunya yang pertama juga:
Ini sudah siap saji, hehe. Masih keliatan kan buburnya?
Nah yang ini sebelah kanan namanya dabu-dabu yang mentah, yang pertama ini pisah sama ikannya, hehe. Karena beginilah cara makan di keluargaku.
Kebetulan juga, jam setengah sembilan, dua temenku itu (Hanik dan Fitri) baru datang. Buburnya sih udah jadi, dan pas mereka dateng, aku masih mengolah sambel dabu-dabunya, dan goreng ikan roa sama ikan terinya, hehe. Terus, baru deh kita makan bareng. Jujur, aku masak itu belum sarapan, dan pas nyicip yang ronde pertama juga hanya makan sedikit, tapi entah kenapa rasanya jadi kenyang karena bahagia ^_^. Sebelum dua temenku ini dateng juga udah bagiin dua mangkok penuh ke tetangga kamar kost, hehe. Terus, habis kita bertiga makan, mereka bantuin aku bungkusin sisanya, jadi lima kotak. Ya, tapi dapetnya dikit-dikit sih, hehe. Tapi alhamdulillaah, mereka puas dengan hasilnya. Ini nih respon mereka:
- Ini dari BBM, Furoh (sahabat dari Cirebon) sama Bella (Comting kelas dari Demak), temen Ma'had yang sekarang masih di Ma'had, dan sekelas dari awal, hehe.
- Ini SMS, dari kawan lama, Uci (sobat deket yang jauh dari Riau) dan Miss Sonia (musyrifah paling baik di Ma'had dari Karawang). Mereka berdua sama-sama tinggal di Ma'had.
Terus, dua temenku itu balik lagi ke kost. Rupanya, mereka juga belum puas, hehe. Awalnya agak khawatir nggak cukup. Tapi, bismillaah, semoga bisa. Nah, pada saat mau bikin yang kedua ini, temenku satu lagi (temen sekelas yang pernah di Ma'had juga, Dwi namanya) dateng. Pas banget dia datengnya, pas aku lagi kepikiran ntar gimana nganter makanan ke Dwi dan kawan-kawan, hehe ternyata dia dateng sendiri, alhamdulillaah.
Nah, di sini, yang kedua, agak berbeda sobat. Dua temenku (Hanik dan Fitri) minta dibikinkan dabu-dabu yang mateng, soalnya kalo si Fitri ini agak "asing" merasakan sambel dabu-dabu yang mentah, hehe, sedangkan Dwi nggak begitu suka pedes, jadi ya pas, karena biasanya dabu-dabu mateng itu nggak pedes, sobat. Langkah-langkah bikin bubur manado yang kedua si sama aja dengan yang pertama. Tapi, aku tambahin beras lagi setengah cup, jadi airnya delapan cangkir. Kalo dabu-dabu roa yang matengnya begini nih:
- Karena tadi dabu-dabunya masih sisa, maka cukup satu buah tomat aja yang dipotong dadu.
- Tambah satu bawang merah, diiris-iris tipis aja.
- Tambah sebelas rawit setan, diulek halus.
- Ikan roanya digoreng kering. Terus panaskan minyak lagi.
- Tumis bawang merah, jangan terlalu matang. Sampai harum saja. Masukkan ulekan rawitnya, terus irisan tomatnya, sama dabu-dabu sisa tadi, baru kemudian ikan roanya.
- Aduk-aduk sebentar aja, baru angkat. Ingat, tomatnya nggak boleh terlalu layu ya, nanti namanya bukan dabu-dabu, hehe.
Beginilah hasil bubur Manado dan Dabu-dabu Roa matang, yang kedua ^_^
Dabu-dabunya tinggal sedikit keburu dibungkusin, hehe. Tapi tetap cukup kok, lebih malah.
Ini difoto pas Hanik, Fitri, sama Dwi mau makan. Jadi ini, Hanik dan Fitri makan yang kedua kalinya, hehe. Aku sih nggak ikut makan, karena ngerasa kenyang. Aku nemenin mereka makan sambil bungkusin bubur lima kotak lagi, hehe.
Nah, ini dia bubur kedua yang dibungkus di kardus styrofoam. Meskipun dabu-dabu roanya sedikit, buburnya tetep bergizi kok, tetep seimbang, hehe.
Ini Aku dari Sulawesi-Sumatera, Hanik dari Magelang, Fitri dari Jepara, dan Dwi dari Lampung,, hehe lengkap sudah.
Terus, pukul 14.30, akhirnya hujan berubah menjadi rintik-rintik. Mereka bertiga memutuskan untuk pamit pulang. Dwi membawa dua kotak bubur, dan satu lagi di dalam tupperware untuk temen pondoknya. Sedangkan Hanik membawa satu kotak bubur untuk temennya di pondoknya juga. Aku sendiri, juga bersiap mengantarkan ke dua orang temenku. Tapi sayangnya, si Dian, temen kamarku dulu semester pertama, nggak bisa dihubungi. Jadi hanya nganter ke mba Asna aja. Ini dia responnya, hehe.
Nah, selesai sudah makan besar edisi kali ini. Total makanan tadi ada dua panci ukuran sedang, yang jika dijabarkan ada sekitar sepuluh kotak yang dibungkus, satu tempat tupperware, dan sepuluh mangkuk yang dimakan di kost dan dibagi ke tetangga kamar. hehe.
Alhamdulillaah, Asharnya, cuci piring cuci badan, dan bersih-bersih kamar. Dan, pukul 17 akhirnya bisa nyantai, dan rasanya puas banget. Hmm, indah, berbagi itu indah. Semua hal-hal yang aku lakukan, mulai dari rencana, belanja, masak, dan seru-seruan bareng temen, memuaskan. Membahagiakan. Hehe. Aku bersyukur kepada Allah, karena kalo bukan karena Dia, semua rencana ini tak bisa terlaksana. Kelak, aku berdoa semoga aku diberi kemampuan untuk bisa terus mengundang orang makan dan membagi-bagikan kepuasan, sebagai rasa syukur kepada Tuhan. Terimakasih buat sobat-sobat yang rela datang, rela makan, rela mencicipi, dan rela menerima masakan resep keluarga saya, hehe. Terimakasih juga yang udah mau nyempetin baca. Sekian dari saya, sobat. Kalian boleh mencobanya di rumah masing-masing, hehe. Sampai jumpa lagi ya di edisi kuliner besar mendatang bersama Chef Kekasih Mulia ^_^
- dari FB, temen yang selalu berangkat-pulang kuliah bareng, dan jalan-jalan bareng, sekelas, sepermainan, hehe, mba Asna, atau mba Asnul panggilan sayangnya, dari Pati ^_^
- Ini dari SMS, temenku yang dari Pekalongan juga, yang selalu duduk sampingan di kelas, hehe. Temen deket pokoknya, yang dulu juga sama-sama di Ma'had dan sekarang tinggal di pondok bareng Dwi.
Nah, selesai sudah makan besar edisi kali ini. Total makanan tadi ada dua panci ukuran sedang, yang jika dijabarkan ada sekitar sepuluh kotak yang dibungkus, satu tempat tupperware, dan sepuluh mangkuk yang dimakan di kost dan dibagi ke tetangga kamar. hehe.
Alhamdulillaah, Asharnya, cuci piring cuci badan, dan bersih-bersih kamar. Dan, pukul 17 akhirnya bisa nyantai, dan rasanya puas banget. Hmm, indah, berbagi itu indah. Semua hal-hal yang aku lakukan, mulai dari rencana, belanja, masak, dan seru-seruan bareng temen, memuaskan. Membahagiakan. Hehe. Aku bersyukur kepada Allah, karena kalo bukan karena Dia, semua rencana ini tak bisa terlaksana. Kelak, aku berdoa semoga aku diberi kemampuan untuk bisa terus mengundang orang makan dan membagi-bagikan kepuasan, sebagai rasa syukur kepada Tuhan. Terimakasih buat sobat-sobat yang rela datang, rela makan, rela mencicipi, dan rela menerima masakan resep keluarga saya, hehe. Terimakasih juga yang udah mau nyempetin baca. Sekian dari saya, sobat. Kalian boleh mencobanya di rumah masing-masing, hehe. Sampai jumpa lagi ya di edisi kuliner besar mendatang bersama Chef Kekasih Mulia ^_^
gubrakkk gubrakkk
BalasHapusbesok lagi ya bibong :)
Oke oke :D
BalasHapusklo awal-awal kiriman ntar aku calling kamuh dan kawan-kawan :D