Oleh: Syarifah
Habibah,
Mahasiswi Tafsir
dan Hadits UIN Walisongo Semarang
Ketika
seorang perempuan ditanya, “Kamu mau nggak dimadu?” maka pasti yang
keluar dari mulutnya hanyalah teriakan kata, “Tidaaaak!”. Namun, para perempuan
justru ketakutan dan tak bisa mengelak ketika ia dihadapkan dengan ayat yang
begini terjemahannya: “Maka kawinilah wanita-wanita (lain)
yang kamu senangi: dua, tiga atau empat.” (QS. An
Nisa’: 3)
Jangankan perempuan muslim,
perempuan-perempuan non-muslim juga sangat menolak ayat ini. Terlebih, kaum
feminis, menjadikan ayat ini sebagai senjata untuk menyerang umat Islam yang
dikatakan merendahkan perempuan. Mereka menyatakan bahwa Islam tidak adil dalam
memperlakukan perempuan.
Namun, mirisnya, ada sekelompok orang
yang menerima dengan ikhlas mengenai poligami yang mereka anggap itu
“dianjurkan”. Bahkan, sekelompok orang ini adalah berjenis kelamin perempuan.
Awalnya, mereka memang tidak terima dimadu, tetapi lama kelamaan, mereka hanya
bisa berkata, wong di al Quran sudah jelas-jelas tertera. Terlebih lagi,
kaum lelaki sangat bangga dengan pernyataan di dalam ayat tersebut. Hingga
akhirnya, para muslimah hanya bisa berkata dalam hati, adilkah ini bagi kami
kaum perempuan wahai Tuhan?
![]() |
Poligami dan keadilan bagi perempuan |
Kawinilah
wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat.
Jumlah-jumlah ini memang kalau dilogikakan rasanya miris di hati perempuan.
Terlebih dengan kata “wanita-wanita (lain) yang kamu senangi..”. Jika
kita berkomentar tentang hal ini, atau menghujatnya, maka pastilah kaum
muslimin sontak marah, dan mengatakan “Bagaimana bisa kamu menghujat al Quran?”
Akhirnya, timbullah perpecahan. Siapa yang salah di antara mereka? Jawabannya
adalah DUA-DUANYA. Orang yang menghujat al Quran bersalah, dan orang yang marah
karena hujatan itu juga bersalah.
Apa
alasannya? Tidak lain karena mereka kurang dalam memahami maksud yang
dikehendaki Tuhan. Mereka hanya menggunakan hawa nafsu dan kepentingan pribadi
dalam memahami apa yang tertera di dalam al Quran. Mereka terlalu mengedepankan
sisi subjektif daripada objektivitas. Mereka hanya mampu melihat sepenggal ayat
tanpa melihat bunyi ayat selanjutnya. Bagaimana bunyi ayat selanjutnya? “Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah)
seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih
dekat kepada tidak berbuat aniaya.”
![]() |
Ilustrasi: menggampangkan syarat 'asal adil' |
Bukankah ayat di atas jelas untuk kita
bahwa Tuhan itu lebih menganjurkan para lelaki untuk menikahi satu wanita saja?
Memang pada awalnya Tuhan mengatakan untuk menikahi sampai empat wanita, tetapi
bukankah pada ayat selanjutnya Tuhan mengatakan agar mengawini seorang saja?
Bahkan Tuhan menambahkan: Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak
berbuat aniaya. Jadi, bukankah hal ini jelas bahwa Tuhan tidak menghendaki
hal-hal yang mendekati perbuatan aniaya? Sama halnya bukan ketika Tuhan
berfirman: “Janganlah engkau mendekati zina.” Yang artinya bahwa kita
dilarang untuk berdua-duaan dengan perempuan karena hal itu mendekati zina. Ini
bisa dianalogikan dengan ayat 3 dalam surah An Nisa’ yang sedang kita bahas
ini, bahwa Tuhan lebih menyukai hambaNya untuk tidak mendekati perbuatan
aniaya, yaitu memadu perempuan, karena ketika manusia memutuskan untuk menikahi
banyak wanita, Tuhan mengatakan bahwa: Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat
berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat
demikian, (QS. An Nisaa’: 129). Sedang tidak berlaku adil merupakan
perbuatan yang aniaya, dan memadu perempuan adalah perbuatan yang mendekati
aniaya. Jelas bukan?
Lalu
bagaimana dengan Rasulullaah yang berpoligami? Ini tentu dipandang negatif oleh
sebagian orang. Namun, coba kita telusuri, mengapa Rasulullaah berpoligami?
Jawabannya adalah karena beberapa alasan: 1. Memperkuat persaudaraan, 2.
Menyelamatkan para janda, 3. Menguatkan pertahanan demi menyebarluaskan Islam,
dan alasan-alasan lain yang masuk akal. Rasulullaah tidak semata-mata menikahi
sembilan orang perempuan karena nafsu. Semua itu beliau lakukan demi kepentingan
Islam. Toh, pada dasarnya, Rasulullaah adalah orang yang setia, pribadi
yang pada dasarnya memegang prinsip monogami. Buktinya, saat beliau berusia
muda, beliau justru hanya menikahi satu perempuan saja, yaitu Sayyidati
Khadijah binti Khuwailid, perempuan yang beliau nikahi karena cinta.
Lalu
bagaimana dengan pernikahan beliau bersama Aisyah? Bukankah itu juga terlihat
seperti mengedepankan hawa nafsu karena menikahi perawan? Tidak. Kembali pada
paragraf sebelumnya, bahwa salah satu alasan beliau berpoligami adalah untuk
memperkuat persaudaraan. Ya, beliau menikahi Sayyidati Aisyah semata-mata untuk
memperkuat persaudaraannya dengan Sahabat Abu Bakr. Jadi, jelas bukan, bahwa
berpoligami bagi Rasulullaah adalah poligami dengan alasan yang jelas. Terlebih, di dunia ini, hanya
Rasul saja yang mampu berlaku adil. Lalu bagaimana bisa orang-orang yang
katanya mengikuti sunnah nabi, mengakui bahwa dirinya adil?
![]() |
Ilustrasi: alasan laki-laki ingin poligami |
Mari
kita lihat fenomena poligami yang terjadi dewasa ini. Sekelompok orang mengakui
bahwa mereka tengah mengikuti sunnah nabi. Mereka menikahi lebih dari satu
wanita, padahal wanita pertama yang ia nikahi telah memberinya keturunan, tiada
suatu cacat apapun. Bahkan, wanita kedua yang ia nikahi bukanlah seorang janda,
namun perawan yang cantik jelita. Ini jelas bahwa poligami mereka hanyalah hawa
nafsu yang berdalih mengikuti sunnah. Inilah salah kaprah yang berkembang dalam
dunia Islam. Padahal, sudah jelas, Islam menjunjung tinggi kesetiaan,
memuliakan perempuan, dan memberikan keadilan.
Jadi,
wahai perempuan, Tuhan adalah Maha Adil. Tuhan tidak merendahkan perempuan, dan
Islam adalah agama yang diridhaiNya, sehingga tidak mungkin jika Islam
dikatakan sebagai agama yang mendukung otoritas laki-laki, agama yang
mengkerutkan perempuan, tetapi Islam adalah rahmatan lil ‘aalamiin,
rahmat bagi seluruh alam, agama yang melindungi harkat dan martabat perempuan,
memuliakannya, bahkan mengabadikannya sebagai nama surah di dalam al Quran.
![]() |
Ilustrasi: jerit wanita menganjurkan monogami |
Komentar
Posting Komentar