Langsung ke konten utama

*Kisah Kasih Idul Adha 1435 H*

Hari itu, (Jum'at, 3 Oktober 2014), aku pulang ke rumah dengan perasaan yang bahagia. Memang saat itu aku dalam keadaan badan yang tidak enak, otak jenuh, dan tidak ada semangat. Alhamdulillaah, akhirnya di moment spesial (Idul Adha) ini aku bisa pulang ke rumah, sembari melepas penatku.

Sebenarnya aku berencana pulang ke rumah naik travel sekitar jam sembilan. Tapi, jiwa dan raga ini rasanya sudah tidak kuat. Terlebih ketika aku tahu bahwa travel yang ke Pekalongan tidak ada untuk jam segitu. Akhirnya, seusai shalat subuh, aku siap-siap, membereskan kamar, beli kue untuk hadiah adik-adikku, dan pergi ke agen bus Nusant*r*. Alhamdulillaah aku dapet tiket yang berangkat saat itu juga (pukul 7).

Ah, tidak peduli dapet kursi belakang, yang penting mah bisa sampai ke rumah dengan selamat. Sampai di rumah tepat pukul sembilan pagi. Aku bahagia melihat adik-adikku tersenyum melihatku membawa banyak bingkisan. Terutama Ali yang 20 September lalu baru berulang tahun. Yah, karena sebulan lamanya Abah dan Umi tidak bertemu denganku, baru aja sampai sudah diajak banyak bercerita ^_^

Langsung aja ke intinya ya, bahwa kepulanganku ini sungguh sangat mendamaikan. Aku bahagia bisa diimamin lagi sama Abah saat shalat Iedul Adha. Kalian tau sobat? Kemarin itu Abah mengimami dengan bacaan yang sesuai banget sama tema Idul Adha, iya, Abah pake ayat yang ada tentang Nabi Ibrahim dan Ismail. Dalam shalat itu aku sampai menangis, karena aku tahu isi ayat tersebut.

Begitu juga saat Abah khutbah, dan berdoa. Aku dan Umi sampai menangis ketika khutbah itu selesai. Aku menangis karena aku ikut merasakan kebahagiaan Umi. Aku tahu Umi bahagia memiliki suami yang sholeh dan hebat. Aku menangis karena aku juga bangga punya Abah yang sholeh. Aku menangis juga karena aku iri, aku iri ingin dicintai laki-laki yang seperti Abah..

Gerimis hujan membasahi relung hatiku
Ke mana kah wahai kalbu
apa kau terseret dalam lubang kenistaan
hingga kau begitu iri dengan sebuah kebahagiaan?

Apa kabar cinta di ujung sana
selembut putihkah engkau
sesuci permatakah engkau
mengakuiku dan mencinta?

Apa kabar rindu yang tak berbelas kasih
sedih kah engkau akan hal-hal yang tak bisa kau raih?
Senandung nada yang terhimpit untuk kau ucapkan
sedang kau berada dalam penantian.

Apa kabar wahai pujangga
mengapa kau berhenti menggapai cinta
bukan kah syair dan tulisanmu adalah cemara
yang menjulang tinggi dan dapat menggapai asa?

Oh Raja Maha Diraja
siapakah onggokan tanah hina ini?
yang ingin meliputi serangkaian ciptaanMu,
mencoba memaksa memiliki hak yang bukan milikku

Oh Raja Sekalian Alam,
siapakah cahaya itu,
apakah cinta dapat membawanya ke dalam relungku
agar putus semua dusta yang tak Kau mau?

Siapakah wahai kisahku..
dan apakah wahai kasihku..
rindu ini menggelayut, menginginkanmu seputih cahaya itu.

-- To be continued.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Suratku tentang Masa Depan

Aku terlalu sibuk untuk sekedar mencari pasangan hidup. Karena akhir cerita dunia tidak melulu soal cinta. Memutuskan untuk tetap sendiri itu pilihan. Karena cintaku terlalu besar untuk dilabuhkan pada seseorang yang belum pasti menjadi ketentuan Tuhan. Aku jatuh cinta? memang pernah. Tapi mungkin ini sebuah kesalahan yang harus ku mintakan maaf dari suamiku nanti di masa depan, karena tidak bisa menjaga hati. Guys, setia pada seseorang yang belum jelas kelihatan wajah, nama, kapan bertemunya, memang menyenangkan dan penuh tantangan. Tahu kan arti setia itu apa? Setia adalah saat kau tetap bertahan bersama dengan orang yang kau cintai di tengah-tengah godaan cinta dari orang lain. Bayangkan. Saat Tuhan membuat kita jatuh cinta pada seseorang, sedangkan orang itu belum jelas mau dengan kita, kemudian kita bertahan melupakan atau mengalihkan pikiran, demi menjaga perasaan seseorang yang Tuhan takdirkan nanti di masa depan. Baru ku sadari jika cara seperti ini indah, guys. Aku ...

TUHAN JUGA MENULIS!

Oleh: Habibah Syarifah MENULIS; Ia hanya satu kata sederhana yang siapapun bisa melakukannya. Kata tersebut memiliki awalan “Me- “ yang artinya melakukan suatu tindakan/perbuatan, dengan kata dasar “tulis”. Jika dipadukan, maka arti dari “Menulis” adalah melakukan suatu tindakan yang menghasilkan suatu tulisan. Konon, kata ini adalah kata yang paling populer, sebab digunakan oleh berbagai kalangan di dunia. Bukan hanya bertindak sebagai sebuah kata, tetapi juga sebagai sebuah tindakan yang tidak bisa tidak digunakan hampir di seluruh dunia dan bagian-bagiannya. Semua orang wajar jika menulis. Entah itu muda atau tua, tak bisa melihat atau tak dapat berbicara, sempurna atau tidak sempurna, pasti menulis. Ia seolah menjadi proses kehidupan yang biasa saja. Namun, tidak bagi orang-orang yang sadar bahwa menulis adalah nafasnya. Seperti seorang yang bisu, tak mampu berhubungan dengan siapapun tanpa membawa sebuah pena dan buku, untuk berbicara tentunya, karena tak semua orang mampu ...

Berbagi Itu Indah !!!

(Kuliner Besar, Edisi Bubur Manado dan Sambel Dabu-dabu Roa) Ehem-ehem.. Hari Sabtu, hari di mana aku tidak punya jadwal puasa, dan temen kamarku dulu di Ma'had juga mau dateng. Ceritanya juga, aku lagi jenuh dan suntuk dengan tugas-tugas yang membeludak, juga karena lagi kangen suasana makan di rumah, dan emang pengen masak besar serta berbagi kekenyangan ^_^, akhirnya, dari hari Rabu udah ngerencanain bakal bikin bubur Manado spesial, makanannya orang sulawesi dan dabu-dabu roa. Aslinya sih, mau ada tambahan Jamur Crispy, tapi berhubung di pasar nggak ketemu, jadi dibatalkan jamurnya ^_^ Nah, simak yuk kisahnya. Pagi hari, Sabtu (29 November 2014), aku bergegas mencatat seluruh bahan yang dibutuhkan untuk membuat bubur Manado. Awalnya sih, hanya mencoba mengingat apa yang telah ku lihat dulu ketika masak bubur Manado di rumah. Tapi, ngerasa enggan pake ceker karena aku agak gimana gitu  sama ceker ayam, hehe. Malam harinya juga aku udah coba-coba liat youtube biar n...