Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2014

Sekelumit Kisah Kuliahku *Edisi Ulumul Qur'an I*

Sore tadi, aku masuk kelas Ulumul Qur'an I. Kelasku berbeda sobat dengan kelas asliku. Aku sengaja memilih Pak Danusiri sebagai dosenku kali ini. Iya, hal itu karena beliau adalah dosen waliku, bapakku di Semarang. Juga karena kuliah yang beliau berikan selalu mengandung hal-hal baru yang akan ku bawa ke rumah. Selain itu, karena beliau selalu mengajak mahasiswanya untuk mengingat Tuhannya di setiap kesempatan. Sobat, hari ini, ingin ku ceritakan sedikit bahwa aku tersentuh dengan kuliahnya hari ini. Tema pertemuan pertama kami adalah "Wahyu". Beliau mengisahkan bahwa wahyu secara bahasa berarti isyarat yang cepat, secara tersembunyi, yang mengetahui hanya yang memberi dan diberi.  Lalu beliau melanjutkan bahwa istri Rasulullah (Sayyidati Aisyah ra) sekalipun, tidak mengetahui bagaimana dan apa yang terjadi ketika Rasulullaah tengah menerima wahyu. Contohnya saja, ketika itu pada malam hari, beliau sedang bersama istrinya, Aisyah. Kemudian turunlah wahyu, Surah Ali I...

Aku, Berbeda? (2)

Sobat, kau tahu mengapa Imam Ghazali menyebutkan bahwa kesabaran itu dibagi menjadi tiga? Iya, kesabaran dalam beribadah kepadaNya, kesabaran dalam menjauhkan diri dari maksiat, dan kesabaran dalam menghadapi musibah. Menurut pemikiranku, karena tiga hal tersebut ringan diucapkan tapi terkadang, seseorang merasa berat dilakukan. Yang saya bicarakan bukan soal kesabaran. Tapi ketiga hal tersebut: beribadah kepadaNya, menjauhi maksiat, dan mendapat musibah. Memang benar sobat bahwa ibadah itu gampang, kita tinggal laksanakan sholat, puasa, dzikir, dsb, tapi cobalah ketika kita pakai hati nurani, pakai "ketasawufan" kita. Lebih banyaknya adalah rasa lega dan sejuk, tapi terkadang syaithan yang terkutuk selalu saja menghalangi dan menjadikan hati ini kadang terasa berat dan kesepian. Terlebih, ketika menjauhkan diri dari kemaksiatan. Maksiat tidak selamanya zina. Bisa saja hal-hal seperti lalai, atau marah, atau mencela orang. Sobat, memang susah, menjadikan bibir ini rapat, d...

"Selamat Tinggal, Madrasahku"

(Memori akhir sekolah, part 1) bismillaah.. Hari ini ku bergetar, karena aku mengingat lagi memori akhir sekolahku. Ya, sekitar dua tahun lalu. Kenangan-kenangan itu, walau hanya delapan bulan saja, tetapi cukup menjadi kenangan terindah dalam hidupku. Kenangan yang rasanya masih ingin diulangi, masih ingin disyukuri, dan masih ingin diresapi. Ini bukan kenangan tentang cinta, tetapi tentang sekolah yang sangat berjasa dan bersahaja. Yuk kita telusuri kisahku ini, kenanganku.. Hari itu, Sabtu, 8 September 2012, kalau tidak salah, hari ketujuh aku melakukan sholat istikharah, jam 3 dini hari. Setiap hari, aku lakukan itu dengan tekun, di jam yang sama, rakaat yang sama, dan dengan tangis dan sendu yang sama, serta doa yang sama pula. Doa-doa itu ku sertai dengan nadzar yang telah ku sebut-sebut di hadapan keluargaku. Lima nadzar yang aku ungkapkan yaitu: Aku akan puasa Daud sampai menikah (kecuali haid) Aku akan shalat malam, shalat dhuha', dan berjamaah Akan...

Aku, berbeda?

Aku hidup di kamar kost ini sendirian. Tapi bukan berarti, hidupku hanya aku. Tadi siang aku berpikir sesuatu. Iya, dalam hatiku, aku bertanya, "Aku berbeda?". Aku telusuri lebih lanjut. Aku lihat diriku di cermin itu. Subhaanallaah, aku tidak bisa mengatakan wajahku jelek. Aku cukup pendiam jika tidak ada yang mengajakku berbicara. Sehari-hari, aku hanya bertemankan Al-Qur'an, buku-buku bacaan kuliah, dan netbook ini. Yah, sesekali teman kuliahku datang dan bercanda ria denganku seharian. Lalu ku lihat perempuan lain lebih lanjut. Tidak itu di kost, atau di asrama dahulu, yang namanya perempuan selalu ribut tentang dandan di depan pria, tampil seksi dan cantik di hadapan kaum Adam. Obrolan yang kadang ku dengar, adalah seringnya mereka membicarakan kaum Adam, entah itu cintanya, gebetannya, atau ketika mereka akan kencan. Selain itu, mereka dengan bebas bermain dengan kaum Adam. Maksudnya, bahwa ketika di kelas, mereka tanpa merasa rikuh, bercanda ria dengan kaum Ad...

Let us Sing this Song.. ;)(

Judul: Pergilah Kau Vocal: Sherina Munaf Tak mau lagi aku percaya.. Pada semua kasih sayangmu.. Tak mau lagi aku tersentuh.. Pada semua pengakuanmu.. Kamu takkan mengerti rasa sakit ini.. Kebohongan dari mulut manismu.. Pergilah kau.. Pergi dari hidupku.. Bawalah semua rasa bersalahmu.. Pergilah kau.. Pergi dari hidupku.. Bawalah rahasiamu yang tak ingin kutahui.. Tak mau lagi aku terjerat.. Pada semua janji-janjimu.. Tak mau lagi aku terpaut.. Pada semua permainanmu.. Kamu takkan mengerti rasa sakit ini.. Kebohongan dari mulut manismu.. Pergilah kau.. Pergi dari hidupku.. Bawalah semua rasa bersalahmu.. Pergilah kau.. Pergi dari hidupku.. Bawalah rahasiamu yang tak ingin kutahui.. Bertahun-tahun bersama.. Kupercayaimu.. Kubanggakan kamu.. Berikan s’galanya.. Aku tak mau lagi.. Ku tak mau lagiiiiiiiiiiii..... Pergilah kau.. Pergi dari hidupku.. Bawalah semua rasa bersalahmu.. Pergilah kau.. Pergi dari hidupku.. Bawalah rahasiamu yang tak ingin kutahui..
bismillaah.. Keutamaan Dzikrullaah Jadi ceritanya, kemarin sore aku mulai mengajar les privat. Aku ikut gabung ke Genius School. Jam lima sore, aku disuruh datang ke daerah Krapyak di Kota Semarang. Aku belum punya motor untuk ke sana kemari. Jadi, dari kostku di Ngaliyan, aku harus naik bus arah Terboyo dan berhenti di perempatan Jln, Subali Raya IV Krapyak Semarang. Sampai di sana langsung ke tempat rumah Arya, anak laki-laki berumur 9 tahun, murid les pertamaku. Setelah satu jam setengah aku mengajar dan sholat maghrib berjamaah, aku pulang. Tetapi, sampai di sana, aku nunggu setengah jam tidak ada angkutan untuk kembali ke Ngaliyan. Daripada sampai jam sembilan tidak ada, aku langsung saja jalan kaki. Rasanya sangat takut di malam yang jalanannya rame tapi gelap, jauh pula katanya. Dalam hatiku aku terus mengucap, " Laa ilaaha illa anta subhaanaka inni kuntum minadz dzaalimiin. " dan "Astaghfirullaahal'adziim alladzilaa ilaaha illaa huwal hayyul qayyum wa a...
Ingin berbagi sedikit cerpen, sebagai pos pertama saya kembali dalam dunia tulis menulis ;) Beautiful Dream Hari ini baru aku mengerti bagaimana rasanya menjadi seorang dia dan dia menjadi seorang aku. Iya, hari ini, hatiku sangat terenyuh dan gelisah. Aku berjalan sempoyongan, bukan karena mabuk, bukan pula sakit, tetapi karena ada duka yang menyusup dalam sanubariku. Seakan-akan, hari ini aku mampu membaca seluruh kehidupannya, seluruh isi hatinya, dan ia juga sebaliknya. Iya, dia yang bernama Herlino. Empat tahun sudah kami menjalin sebuah hubungan. Dia menganggapku sebagai kekasihnya, aku juga menganggapnya sebagai kekasihku. Empat tahun sudah kami mengalami pahit-manisnya mencintai dan dicintai. Empat tahun sudah kami jalani lika-liku kehidupan. Puncaknya adalah hari ini. Hari ini, aku teringat doaku, Ya Tuhan, bisakah Engkau jadikan dia merasakan menjadi sepertiku sekarang dan aku merasakan menjadi seperti dia? Aku ingin tahu bagaimana rasanya menjadi dia. Doa itu, aku p...

Semuanya Telah Berakhir..

(Antara Hatiku dan Hatimu) Tiada guna kau kembali.. Mengisi ruang hati ini.. Semuanya telah berlalu.. Bersama lukaku.. Semua yang telah berakhir.. Antara hatiku dan hatimu.. Takkan ada cinta.. Seperti yang dulu.. Tiada guna kau berjanji.. Untuk setia menemani.. Hatiku yang telah terluka.. Karena dustamu.. Semua yang telah berakhir.. Antara hatiku dan hatimu.. Takkan ada cinta.. Seperti yang dulu.. Semua yang telah berakhir Antara diriku dan dirimu Takkan ada yang rindu Seperti Yang dulu.. Semua yang telah berakhir..  Semua yang telah berakhir.. Semuanya telah berakhir.. Sajak-sajak Kepalsuan: Adakah hati itu tak terbelenggu lagi? Atau, hati itu suci kembali? Atau, hati itu mengembalikan segala mimpi? dan, menyiraminya tanpa segumpal rasa sepi? Adakah hati itu mecintaimu? seperti yang dulu aku meraguimu? Sesaat setelah engkau mendustaiku? Pergi bersamanya yang kau jadikan ia mawar bagiku? Adakah hati itu kembali menyepi? Menghirup kebebasan dari rasa sakitnya...