Aku hidup di kamar kost ini sendirian. Tapi bukan berarti, hidupku hanya aku. Tadi siang aku berpikir sesuatu. Iya, dalam hatiku, aku bertanya, "Aku berbeda?".
Aku telusuri lebih lanjut. Aku lihat diriku di cermin itu. Subhaanallaah, aku tidak bisa mengatakan wajahku jelek. Aku cukup pendiam jika tidak ada yang mengajakku berbicara. Sehari-hari, aku hanya bertemankan Al-Qur'an, buku-buku bacaan kuliah, dan netbook ini. Yah, sesekali teman kuliahku datang dan bercanda ria denganku seharian.
Lalu ku lihat perempuan lain lebih lanjut. Tidak itu di kost, atau di asrama dahulu, yang namanya perempuan selalu ribut tentang dandan di depan pria, tampil seksi dan cantik di hadapan kaum Adam. Obrolan yang kadang ku dengar, adalah seringnya mereka membicarakan kaum Adam, entah itu cintanya, gebetannya, atau ketika mereka akan kencan. Selain itu, mereka dengan bebas bermain dengan kaum Adam. Maksudnya, bahwa ketika di kelas, mereka tanpa merasa rikuh, bercanda ria dengan kaum Adam, bahkan sampai bersentuhan.
Aku berbeda, Teman lelakiku yang dekat tidak ada. Aku jarang sekali diajak berbicara soal kaum Adam, aku jarang berkumpul dengan mereka, bahkan, untuk perjalanan yang jauh saja dengan mereka, aku tidak pernah. Ditelepon, disms, aku tidak pernah. Bahkan diajak bercanda ria bersama, tidak ada,
Aku tidak sedih dengan keadaanku ini. Jujur, aku bahagia sehari-hariku hanya aku isi dengan kuliah, membaca buku, meresume, menyelesaikan makalah, mengulang hafalan, atau menghafalkan kembali. Aku tidak merasa mulia, tapi aku juga tidak merasa rendah dari mereka. Ini hidupku. Aku bahagia walau hanya sendirian.
Aku bisa sepuasnya berdoa kepada Sang Kekasih, aku bisa sepuasnya bersujud dan menangis dalam doaku. Aku bisa bercengkrama denganNya, melalui kalam-kalamNya yang ku hafal. Aku mungkin tidak punya sahabat yang selalu menemaniku, Tapi aku punya Sang Kekasih, aku menyimpan kalamNya di dadaku. Setiap kali aku terluka, ku buka lembaran itu, dan di sana ku temukan solusi hidupku. Walau Dia tak bisa ku lihat dan ku temui sekarang, tapi aku yakin Dia selalu menemaniku, menjagaku, memperhatikanku, mendengarku, mengabulkan doaku, dan bahkan semoga mencintaiku.
Sobat, aku tidak bisa bahagia jika bukan dengan karena Dia, Sang Kekasih. Hatiku selalu sejuk karenaNya. Aku menyesal pernah larut dalam keduniawian dan melupakanNya. Untuk itulah, aku tetap bertahan untuk mempelajari kalam-kalamNya, aku ingin lebih mengenalNya, dan memahamiNya.
To be continued...
Komentar
Posting Komentar